A. PENDAHULUAN
Dalam pendidikan islam Rasulullah SAW adalah pendidik
pertama dan terutama dalam dunia pendidikan islam. Untuk mewujudkan pendidik
profesional berdasarkan roh islam, perlu melihat sisi kehidupan atau profil
Rasulullah sebagai pendidik ideal, karena hakikat diutusnya Rasulullah ke atas
muka bumi adalah sebagai uswat al-hasanat
dan rohmat lil-alamin.
Hasil
pendidikan islam periode Rasulullah terlihat dari kemampuan murid-muridnya
(para sahabat) yang luar biasa. Misalnya ; Umar Ibn Khattb ahli hukum dan pemerintahan,
Abu Hurairah ahli hadis, Salman Al Farisi ahli perbandingan agama ( Majusi,
Yahudi, Nasrani, dan Islam), dan Ali Ibn Abi Thalib ahli hukum dan tafsir
Al-Qur’an.kemudian murid dari para sahabat Rasulullah di kemudian hari,
tabi-tabi’in, banyak yang menjadi ahli dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan
sains, teknologi, astronomi, filsafat yang menghantarkan islam ke pintu gerbang
zaman keemasan terutama pada fase awal kekuasaan dinasti Abbasiyah.
Seokarno dan Supardi dalam Saleh (2012 : 81 ) Berpendapat
bahwapendidikanislamterjadisejaknabi Muhammad menjadirasul Allah di
Mekkahdanbeliausendirisebagaigurunya. Pendidikanmasainimerupakan prototype yang
terus-menerusdikembangkanolehumatislamuntukkependidikanpadazamannya.
PendidikanislammulaidilaksanakanRasulullahsetelahmendapatperintahdari Allah
agar beliaumenyerukepada Allah, sebagaimana yang termaktubdalam Al-Quran Surah
Al-Muddatsir [74] : 1-7. Menyeruberartimengajak,
mangajakberartimendidik.
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana pola pendidikan
pada masa Rasulullah SAW?
2. Bagaimanakah system
pendidikan pada zaman Rasulullah SAW?
I.III Tujuan
2.
Mengetahui system, cara dan strategi pendidikan pada masa Rasulullah SAW.
B. PEMBAHASAN
Pola
pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah sejalan dengan tahapan–tahapan dakwah
yang disampaikannya kepada kaum Quraisy. Dalam hal ini penulis membaginya
kepada tiga tahap.
1.
Tahap Rahasia dan Perorangan.
Pada awal turunya wahyu pertama { the first revelation}
Al-qur’an surat 96 ayat 1-5, pola pendidikan yang di lakukan adalah secara
sembunyi-sembunyi, mengiangat kodisi sosial-politik yang belum stabil, dimulai
dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah mendidik
istrinya Khadijah untuk beriaman kepada Allah dan menerima petunjuk
dari-Nya. Kemudian diikuti oleh anak
angkatnya Ali Ibn Abi Thalib {Anak pamanya} dan Zaid Ibn Haritsah {Seorang
pembantu rumah tangganya yang kemudian diangkat menjadi anak angkatnya}.
Kemudian sahabat karibnya Abu Bakkar Assidiq. Ajakan tersebut di sampaikan
secara berangsur-angsur secara meluas, tetapi masih terbatas di kalangan
keluarga dekat dari suku Quraisy saja, seperti Usman Ibn Affan, Zubair Ibn
Awam, Saad Ibn Zaid, dan beberapa orang lainnya. Mereka semua merupakan tahap
awal yang mula-mula masuk islam yang di sebut “assabiquna al awwalun,
sebagai lembaga pendidikan dan pusat kegiatan pendidikan islam yang pertama
pada Era awal ini adalah rumah Arqam.
2.
Tahap Terang-Terangan.
Pendidikan
secara sembunyi – sembunyi berlangsung selama tiga tahun, sampai turunya wahyu
berikutnya, yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan terang-terangan.
Ketika wahyu tersebut turun, beliau mengundang keluarga dekatnya untuk
berkumpul di bukit Shafa, menyerukan agar berhati hati terhadap azab yang keras
di kemudian (hari kiamat), bagi orang yang tidak mengakui Allah sebagai Tuhan
yang Esa dan Muhammad sebagai utusan-Nya. Seruan tersebut di jawab Abu Lahab, “Celakalah kamu Muhammad! Untuk inikah kamu
mengumpulkan kami? Saat itu di turunkan wahyu yang menjelaskan perihal Abu
Lahab dan Istrinya.
Perintah
dakwah secara terang terangan dilakukan oleh Rasulullah seiring dengan jumlah
sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauan seruan dakwah,
karena di yakini dengan dakwah tersebut, banyak kaum Quraisy yang akan masuk
islam. Di samping itu keberadaan rumah Arqam ibn Arqam sebagai pusat dan
lembaga pendidikan islam, sudah diketahui oleh kuffar Quraisy.
3.
Tahap Untuk Umum.
Hasil
seruan dakwah secara terang-terangan yang terfokus kepada keluarga dekat,
kelihatanya belum maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Maka Rasulullah
mengubah strategi dakwahnya dari seruan yang terfokus kepada keluarga dekat
beralih kepada seruan umum umat manusia secara keseluruhan. Seruan dalam skala
‘internasional’ tersebut didasarkan kepada perintah Allah, surat al-hijr ayat
94-95. Sebagai tindak lanjut dari perintah tersebut, pada musim haji Rasulullah
mendatangi kemah-kemah para jamaah haji. Pada awalnya tidak banyak yang
menerima, kecuali sekelompok jamaah haji dari Yatsrib, kabilah Khazraj, yang
menerima dakwah secara antusias. Dari sinilah sinar islam memancar keluar
Mekkah.
Penerima
masyarakat Yatsrib terhadap ajaran islam secara antusias tersebut, dikarenakan
beberapa faktor :
a.
Adanya kabar dari kaum Yahudi akan lahirnya seorang
Rosul.
b.
Suku Aus dan khazraj mendapat tekanan dan ancaman dari
kelompok Yahudi .
c.
Konflik antara Khazraj dan Aus yang berkelanjutan dalam
rentang waktu yang sudah lama, oleh karena itu mereka mengharap seorang
pemimpin yang mampu melindungi dan mendamaikan mereka. Berikutnya di musim haji
pada tahun kedua belas kerasulan Muhammad SAW, Rasulullah didatangi dua belas
orang laki-laki dan seorang wanita untuk berikrar kesetiaan yang dikenal dengan
“Bai’at al aqabah .” mereka berjanji tidak akan menyembah selain Allah SWT.
Tidak akan mencuri dan berzina, tidak akan membunuh anak-anak dan menjauhkan
perbuatan – perbuatan keji serta fitnah, selalu taat kepada Rasulullah dalam
yang benar, dan tidak akan mendurhakainya terhadap sesuatu yang mereka tidak
inginkan.
Berkat
semangat tinggi yang dimiliki para sahabat dalam mendakwahkan ajaran islam,
sehingga seluruh penduduk Yatsrib masuk islam kecuali orang-orang Yahudi. Musim
haji berikutnya 73 orang jama’ah haji dari Yatsrib mendatangi Rasulullah,
berikrar akan selalu setia dan melindungi Rasulullah SAW, dan menetapkan
keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya di tempat yang sama dengan pelaksanaan
“Bai’ah al aqabah I” tahun lalu, yang di kenal dengan “Bai’ah al-aqabah II” dan
mereka bersepakat akan memboyong Rasulullah ke Yatsrib. Inilah bentuk dakwah
Rasulullah secara umum, dakwah kepada setiap umat manusia yang datang dari
seluruh penjuru bumi berhaji ke mekkah.
Pade fase Madinah materi pendidikan
yang diberikan cakupannya lebih kompleks dibandingkan dengan materi pendidikan
fase Mekkah. Di antara pendidikan islam pelaksanaan pendidikan islam di Madinah
adalah:
1) Pendidikan Ukhuwah {persaudaraan} antara kaum
muslimin. Dalam melaksanakan pendidikan ukhuwah ini, nabi Muhammad SAW.
Bertitik tolak dari struktur kekeluargaan yang ada pada masa itu. Untuk
mempersatukan keluarga itu nabi Muhammad SAW berusaha untuk mengikatnya menjadi
satu kesatuan yang terpadu. Mereka di persaudarakan karena Allah bukan karena
yang lain. Sesuai dengan isi konstitusi Madinah pula, bahwa antara orang yang
beriman, tidak boleh membiarkan saudaranya menanggung beban hidup dan utang
yang berat diantara sesama mereka. Antara orang yang beriman satu sama lainnya
haruslah saling bantu membantu dalam menghadapi segala persoalan hidup. Mereka
harus bekerja sama dalam mendatangkan kebaikan, mengurus kepentingan bersama,
dan menolak kemudaratan atau kejahatan yang akan menimpa.
2) Pendidikan kesejahtraan sosial. Terjaminnya
kesejahtraan sosial, tergantung pada terpenuhinya kebutuhan pokok dari pada
kehidupan sehari-hari. Untuk itu, setiap orang harus bekerja mencari nafkah.
Untuk mengatasi masalah pekerjaan tersebut, nabi Muhammad SAW memerintahkan
kepada kaum Muhajirin yang telah dipersaudarakan dengan kaum Ansor, agar mereka
bekerja sama dengan saudara-saudara tersebut. Mereka kaum muhajirin yang biasa
bertani silakan mengikuti pertanian, yang biasa berdagang silakan mengikuti
saudaranya yang berdagang . untuk pegamanan nabi Muhammad SAW membentuk satuan
pengamat yang mendapat tugas untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan terjadinya
serangan dan gangguan terhadap kehidupan kaum muslimin. Satuan-satuan ini
adalah merupakan embirin dari pasukan yang bertugas untuk mengamankan dan
mempertahankan serta mendukung tugas dakwah lslam lebih lanjut.
3) Pendidikan kesejahtraan keluarga kaum kerabat.
Yang dimaksud dengan keluarga adalah suami, istri dan anak-anaknya. Nabi
Muhammad SAW berusaha untuk memperbaiki keadaan itu memperkenalkan dan
sekaligus menerapkan sistem kekeluargaan kekerabatan baru, yang berdasarkan
takwa kepada Allah. Diperkenankannya sistem kekeluargaan hak-hak keluarga dan
kemurnian keturunannya dalam kehidupan kekerabatan dan kemasyarakatan yang adil
dan seimbang, seperti yang terlihat dalam surah Al-hujarat : 13
ۚلِتَعَارَفُوا وَقَبَائِلَ شُعُوبًا وَجَعَلْنَاكُمْ وَأُنْثَىٰ ذَكَرٍ مِنْ خَلَقْنَاكُمْ إِنَّا النَّاسُ أَيُّهَا يَا
.خَبِيرٌ عَلِيمٌ اللَّهَ إِنَّ
ۚ أَتْقَاكُمْ اللَّهِ عِنْدَ أَكْرَمَكُمْ إِنَّ
Artinya :“Hai manusia sesunggguhnya kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu bangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa
diantara kamu”.
4) Pendidikan
hankam {pertahanan dan keamanan}dakwah islam. Masyarakat kaum muslimin
merupakan satu state {Negara} dibawah bimbingan nabi Muhammad SAW yang
mempunyai kedaulatan. Ini merupakan dasar bagi usaha dakwahnya untuk
mengajarkan ajaran islam kepada seluruh umat manusia secara bertahap. Oleh
karena itu, setelah masyarakat kaum muslimin di madinah berdiri dan berdaulat,
usaha nabi Muhammad SAW memperluas pengakuan kedaulatan tersebut dengan jalan
mengajak kabilah-kabilah sekitar madinah untuk mengakui konstitusi madinah.
Ajakan tersebut di sampaikan dengan baik-baik dan bijaksana.
Bagi mereka yang tidak mau mengikat perjanjian damai
tersebut ada dua kemungkinan tindakan nabi Muhammad SAW:
v
Apabila mereka tidak menyatakan permusuhan dan tidak
menyerang kaum muslimin atau kaum kabilah yang telah mengikat perjanjian dengan
kaum musilimin, maka mereka dibiarkan saja.
v
Apabila mereka menyatakan yang sebaliknya maka mereka
harus ditundukkan/diperangi, sehingga mereka menyatakan dan mengakui kedaulatan
umum muslimin.
II.III LEMBAGA PENDIDIKAN DAN SISTEM PEMBELAJARAN
Menurut
penulis, lembaga pendidikan islam pada fase Mekkah ada dua macam tempat yaitu:
{1}. Rumah Arqam Ibn Arqam merupakan lembaga
pendidikan yang pertama atau madrasah yang pertama sekali dalam islam, utuk
belajar hukum-hukum dan dasar-dasar ajaran islam adapun yang mengajar dalam
lembaga tersebut adalah Rasulullah SAW sendiri.
{2}. Kuttab.
Pendidikan di kuttab tidak sama dengan pendidikan yang diadakan di rumah Arqam
Ibn Arqam, pendidikan di Kuttab pada awalnya terfokus kepada materi baca tulis
sastra, syair arab, dan pembelajaran berhitung namun setelah datang islam
materinya di tambah dengan materi baca tulis al-qur’an dan memahami hukum-hukum
islam. Adapun yang mengajar di kuttab pada era pra awal islam adalah
orang-orang non-muslim. Dalam sejarah pendidikan islam, istilah Kuttab telah
dikenal di kalangan bangsa arab pra islam. Ahmad Syalaby mengatakan bahwa
Kuttab sebagai lembaga pendidikan terbagi dua yakni :
Dalam sejarah pendidikan islam, istilah Kuttab telah
dikenal di kalangan bangsa arab pra islam. Ahmad Syalaby mengatakan bahwa
Kuttab sebagai lembaga pendidikan terbagi dua yakni:
a.
Kuttab berfungsi mengajarkan
baca tulis dengan teks dasar pusi-puisi arab, dan sebagian besar gurunya adalah
nonmuslim. Pada mulanya
pendidikan kuttab berlangsung di rumah-rumah para guru atau di pekarangan
sekitar masjid. Materi yang di ajarkan dalam pelajaran baca tulis ini adalah
puisi atau pepatah-pepatah Arab yang mengandung nilai-nilai tradisi yang baik. Adapun
penggunaan Al-Quran sebagai teks dalam kuttab baru terjadi kemudian, ketika
jumlah kaum muslimin yang menguasai al-Quran telah banyak, dan terutama setelah
kegiatan kodifikasi pada masa kekhalifahan ‘Usman ibn Affan’ . kebanyakan guru
kuttab pada masa awal islam adalah non muslim, sebab muslim yang dapat menulis yang mana jumlahnya masih sangat
sedikit sibuk dengan pencatatan wahyu.
Senada
dengan hal di atas, Samsul Nizar menjelaskan bahwa hal tersebut disebabkan oleh
dua faktor: (1) menjaga kesucian al-quran, agar tidak sampai terkesan di
permainkan para siswa dengan menulis dan menghapusnya. Hal ini di sebabkan para
siswa di ajarkan tulis menulis di atas batu tulis, yang mana acap kali di
hapus. (2) pada masa awal islam pengikut nabi yang bisa baca tulis hanya
sedikit, kebanyakan mereka bertugas sebagai juru tulis nabi. Oleh sebab itu
kebanyakan guru baca tulis adalah kaum Zimmi dan para tawanan perang, seperti
tawanan badar. Untuk itu tidak mungkin mereka memiliki kewenangan untuk
mengajarkan al-quran kepada para siswa.
b. Sebagai pengajaran al-quran dan dasar-dasar agama islam. Pengajaran teks al-alquran pada jenis kuttab yang kedua
ini, setelah qurra dan huffiazh ( ahli bacaan dan penghafal alquran telah
banyak ). Guru yang mengajarkan adalah dari umat islam sendiri. Pada jenis
intuisi yang kedua ini merupakan lanjutan dari kuttab yang pertama yang mana
telah di ajarkan kepada siswa kemampuan baca tulis. Pada jenis yang kedua ini
siswa akan di ajari pemahaman al-quran, dasar-dasar agama islam, juga di
ajarkan ilmu gramatika bahasa arab dan aritmetika. Sementara kuttab yang
didirikan oleh orang-orang yang lebih mapan kehidupanya , materi tambahanya
adalah menunggang kuda dan berenang.
Pada
fase Mekkah Rasulullah beserta sahabat menghadapi sejumlah tantangan dan
ancaman dari kaum Quraisy. Menurut Ahmad Salaby, sebagaimana yang di kutip
soekarno, bahwa faktor-faktor yang mendorong kaum Quraisy menentang seruan
islam ialah sebagai berikut: (1) persaingan kekuasaan (persamaan hak antara kaum
bangsawan dan kaum kasta hamba sahaya yang dilakukan oleh Rasulullah. (2) takut
bangkit. Kaum Quraisy tidak dapat menerima agama islam yang mengajarkan bahwa
manusia akan hidup lagi setelah mati. (3) taklid kepada nenek moyang secara
membabi buta dan mengikuti langkah-langkah mereka dalam soal-soal peribadatan
dan pergaulan adalah suatu kebiasaan yang telah berurat berakar pada bangsa
Arab. (4) memperniagakan patung, agama islam melarang menyembah, memahat, menjual
patung.
Rasulullah SAW dan para sahabatnya memutuskan
untuk berhijrah ke Madinah setelah menghadapi dan mendengar ancaman tersebut.
Ketika Rasulullah dan para sahabatnya hijrah ke Madinah , salah satu program
pertamanya adalah membangun sebuah masjid.
Dalam
sejarah islam, masjid yang pertama kali di bangun Nabi adalah Masjid At-Taqwa
di Quba pada jarak kurang lebih 2 mil dari kota Madinah. Rasulullah membangun
sebelah Utara Masjid Madinah dan Masjid Al-Haram yang di sebut al-suffah, untuk
tempat tinggal orang-orang fakir miskin yang tekun menuntut ilmu.mereka di
kenal dengan “ahli suffah”.
Nakoesteen,
sebagai mana yang di kutib Hasan Asari mengatakan bahwa pendidikan islam yang
berlangsung di masjid adalah pendidikan yang unik karena memakai system halaqah
(lingkaran). Sang syekh biasanya duduk di dekat dinding atau pilar masjid,
sementara siswanya duduk di depanya membentuk lingkaran dan lutut para siswa
saling bersentuhan. Kebiasaan dalam halaqah adalah bahwa murid yang lebih
tinggi pengetahuanya akan duduk di sekitar syekh, murid yang level
pengetahuanya lebih rendah dengan sendirinya akan duduk lebih jauh, sementara
berjuang belajar keras agar dapat mengubah posisinya dalam konfigurasi
halaqahnya. Halaqah biasanya terdiri dari 20 orang siswa. Metode diskusi dan
dialog kebanyakan di pakai dalam berbagai halaqah, seperti dekte kemudian
dilanjutkan dengan penjelasan oleh syekh. Dan menjelang akhir kelas waktu akan
di mafaatkan oleh syekh untuk evaluasi bisa berbentuk Tanya jawab, terkadang
syekh juga memerintahkan untuk memeriksa catatanya, mengoreksinya lagi, dan
menambah seperlunya. Kemajuan halaqah ini tergantung pada sebuah kemampuan
seorang syekh dalam mendidik. Biasanya apabila halaqah telah maju, maka akan
banyak di kunjungi oleh peserta didik dari berbagai penjuru.
II.IV MATERI
DAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM.
Materi
pendidikan islam dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
Pertama materi pendidikan tauhid, materi ini lebih di fokuskan untuk
memurnikan ajaran agama tauhid dibawa Nabi Ibrahim, yang telah diselewengkan
oleh masyrakat jahiliyah. Secara teori
intisari ajaran tauhid terdapat dalam kandungan surah Al-fatihah ayat 1-7 dan
surah Al-ikhlas ayat 1-5. Secara praktis pendidikan tauhid diberikan melalui
cara-cara yang bijaksana, menuntun akan pemikiran dengan mengajak ummatnya
untuk membaca, memerhatikan dan memikirkan kekuasaan dan kebesaran Allah dan
diri manusia sendiri. dan kemudian mausia mengajarkan cara bagaimana mengaplikasikan pengertian
tauhid tersebut dalam kehidupan sehari-hari, Rasulullah langsung mejadi contoh
bagi umatnya. Hasilnya, kebiasan masyarakat Arab yang melalui perbuatan atas
nama berhala, diganti dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Kebiasan
menyembah berhala, diganti dengan mengagungkan dan menyembah Allah SWT.
Kedua, materi pengajaran Al-qur’an. Materi ini dapat dibagi menjadi
beberapa bagian:
1. Materi baca tulis Al-qur’an.
Untuk sekarang ini disebut dengan materi imla’ dan iqra’ . materi ini
diharapkan agar kebiasaan orang arab yang sering membaca syair-syair indah, diganti
dengan membaca al-qur’an sebagai nilai sastra yang lebih tinggi.
2. Materi menghafal ayat-ayat
Al-qur’an. Yang kemudian saat hari disebut dengan menghafalkan ayat-ayat suci
Al-qur’an.
3. materi pemahaman Al-qur’an, saat
ini disebut dengan materi fahmi Al-qur’an. Tujuannya ialah untuk meluruskan
pola pikir umat islam yang dipengaruhi pola pikir jahiliah.
Mahmud Yunus mengklasifikasikan materi pendidikan kepada
dua macam yaitu, materi pendidikan yang diberikan di mekkah dan materi yang
diberikan di madinah.
Pada fase Makkah terdapat tiga macam intisari materi
pelajaran, yakni:
a. Pendidikan
keimanan,
Materi keimanan yang menjadi pokok pertama adalah iman
kepada Allah tuhan yang maha Esa, beriman bahwa Muhammad adalah Nabi dan Rosul
Allah, di wahyukan kepada al Quran sebagai petunjuk dan pengajaran bagi seluruh
umat manusia.
b. Pendidikan Ibadah.
Amal ibadah yang di perintahkan di Mekkah ialah sholat,
sebagai pernyataan mengabdi kepada Allah, ungkapan syukur, membersihkan jiwa,
dan menghubungkan hati kepada Allah.
c. Pendidikan Akhlak.
Nabi menganjurkan kepada penduduk Mekkah yang telah masuk
islam untuk melaksanakan akhlak yang baik, seperti adil, menepati janji, jujur,
pemaaf, tawakal, bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah,
tolong-menolong, berbakti kepada orang tua, memberi makan orang miskin, dan
musafir serta meninggalkan akhlak yang buruk.
Intisari
pendidikan agama yang diterapkan Nabi di Madinah dapat di klasifikasikan
sebagai berikut :
a. Pendidikan Keimanan.
Keimanan di
perkuat dengan keterangan-keterangan yang di bacakan oleh Nabi dari ayat-ayat
al-Quran serta sabda beliau sendiri.
b. Pendidikan Ibadah.
Untuk ibadah
shalat di samping sholat lima waktu yang telah di sampaikan nabi di mekkah,
juga di perintahkan untuk sholat jumat sebagai ganti zuhur, disamping itu juga
sholat sunah seperti sholat idul fitri dan idul adha . sholat di anjurkan tepat
waktu, sehingga ia menjadi tiang agama. Ibadah puasa, ibadah Haji, ibadah
Zakat,
c. Pendidikan Ahklak.
Adab masuk
rumah, adab dalam bercakap-cakap, bertetangga, bergaul dalam masyarakat dll.
d. Pendidikan
Kesehatan (jasmani)
Pendidikan
kesehatan dapat dilihat dari dalam amal ibadah yang dilakukan sehari-hari,
seperti puasa, sholat, wudhu, mandi. Dalam al quran di jelaskan supaya makan
dan minum secara sederhana, tidak berlebih lebihan.
e. Pendidikan
Kemasyarakatan.
Ibadah sangat penting dalam masyarakat seperti mengeluarkan zakat, syariat
yang berhubungan dengan masyarakat, seperti berhubungan rumah tangga. Hal hal
yang berhubungan dengan pergaulan sesama manusia, hal hal yang juga berhubungan
dengan ekonomi dan pemerintahan.
Kurikulum adalah salah satu komponen operasional
pendidikan (islam), ia mengandung materi yang diajarkan secara sistematis
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Seorang guru yang akan merencanakan suatu
pelajaran tidak cukup hanya mempunyai kemampuan saja akan tetapi ia juga harus
menguasai materi pengajaran.
Kurikulum pendidkan islam pada periode Rasullah SAW baik
di Makkah maupun di Madinah adalah Al-quran, yang Allah wahyukan sesuai
dengan kondisi dan situasi, kejadian dan peristiwa yang di alami umat islam
saat itu.
Rasulullah
juga menyuruh para sahabatnya untuk mempelajari bahasa asing. Rasulullah
berkata kepada Zaid bin Sabit :”saya
hendak berkirim surat kepada kaum suryani, saya kwatir kalau mereka
menambah-nambah atau mengurangi sebab itu hendaklah engkau mempelajari bahasa
suryani (bahasa Yahudi).” Lalu Zaid bin
Sabit mempelajari bahasa Yahudi itu, sehingga ia menjadi ahli dalam
bahasa itu. Pernyataan Rasulullah tersebut menunjukkan bahwa materi pelajaran
yang berasal dari dunia luar bukan barang haram bagi islam, artinya sesuatu
yang tidak boleh di pelajari, akan tetapi hal yang wajib dilakukan untuk
pengembangan dakwah dan pendidikan islam ke dunia luar islam.
Metode
pengajaran ialah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan
siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu, peranan metode
mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.
Untuk
menciptakan suasana yang kondusif dan menyenangkan dalam mengajar para
sahabatnya, Rasulullah SAW menggunakan berbagai macam metode. Hal itu dilakukan
untuk menghindarkan kebosanan dan kejenuhan siswa. Di antara metode yang di
terapkan Rasulullah ialah:
a. Metode ceramah.
Menyampaikan wahyu yang baru diterimanya dan memberikan penjelasan-penjelasan
serta keterangannya.
b. Dialog. Misalnya
dialog antara Rasulullah dengan Mu’az Ibn Jabbal ketika Mu’az akan diutus
sebagai kadi kenegri yaman, dialog antara Rasulullah dengan para sahabat untuk
mengatur strategi perang.
c. Diskusi atau Tanya
jawab. Sering sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang suatu hukum, kemudian
Rasul menjawabnya.
d.
Metode perumpamaan, misalnya orang mukmin itu laksana
suatu tubuh maka anggota tubuh, lainnya akan turut merasakannya.
e. Metode demonstrasi.
Membiasakan kaum muslimin shalat berjamaah.
f.
Metode hafalan misalnya para sahabat dianjurkan untuk
menjaga Al-qur’an dengan menghafalnya.
g.
Metode kisah, misalnya kisah beliau dalam perjalanan
isra’ dan mi’raj dan tentang kisah pertemuan antara nabi Musa dan nabi Khaidir.
h. Metode eksperimen,
sosiodrama dan bermain peranan.
Dalam buku “Tarbiyah Islamiyah” yang ditulis oleh Najib Khalid Al-amar
mengatakan bahwa, metode pendidikan islam yang di lakukan nabi Muhammad SAW.
Pada periode mekkah dan madinah, adalah :
v Melalui teguran
langsung. Hadis
Rasulullah SAW; Umar bin Salmah r.a berkata, “dahulu aku menjadi pembantu di
rumah Rasulullah SAW, ketika makan, biasanya aku mengulurkan tanganku ke
berbagai penjuru, melihat itu beliau berkata, “hai ghulam, bacalah basmalah,
makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang ada di dekatmu,”
v Melalui sindiran: Rasulullah bersabda, “Apa keinginanmu kaum yang
mengatakan begini begitu? Sesungguhnya aku sholat dan tidur, aku berpuasa dan berbuka,
dan akupun menikahi wanita. Maka, barang
siapa yang tidak senang dengan sunnahku berarti dia bukan golonganku.
v Pemutusan dari
jamaah: Pernah Ka’ab
bin Malik tidak ikut beserta Rasulullah SAW dalam perang Tabuk, dia berkata
“Nabi melarang sahabat lainya berbicara dengan aku. Disebutkan pemutusan
hubungan itu berlangsung selama lima puluh malam.” (HR.Bukhari).
v Melalui
perbandingan kisah orang-orang terdahulu.
v Menggunakan kata
Isyarat: misalnya
merapatkan dua jarinya sebagai perlunya menggalang persatuan.
v Keteladanan: Setiap apa yang di sampaikan Rasulullah, maka yang
menjadi uswah-nya adalah Rasulullah sendiri.
Metode Rasulullah SAW dalam mendidik anak dapat dilihat dari arti hadis
berikut ini;
Anas
r.a. berkata, “Rasulullah SAW, adalah orang yang paling baik ahlaknya. Aku
punya saudara yang di panggil Abu Umar.
Dia anak yang sudah di pisahkan dari susuan. Jika datang beliau berkata,
“Wahai Abu Umar, apa yang dilakukan nughair
(burung kecil)?” kadang-kadang beliau bermain dengan dia. Jika tiba saat
sholat sementara beliau masih berada di rumah kami, beliau memunta permadani
yang ada di bawahnya, lalu permadani itu beliau sapu dan di tiup-tiup. Kemudian
berdiri dan diikuti oleh kami di belakangnya.”(HR. Bukhari, Muslim, Tirmidji,
dan Abu Daud ).
Dari
hadist di atas nilai-nilai Tarbiyah yang dapat di petik ialah sebagai berikut;
1. Meluangkan waktu
untuk bermain dengan anak-anak.
2.
Membersihkan pertanda adanya praktik amal untuk bisa
berbuat bersih secara iman dan perilakunya nyata.
3.
Shalat Rasulullah di dalam rumah menanamkan pemahaman
teladan di dalam urusan ibadah.
4.
Kalimat yang di ucapkan Rasulullah SAW, “Wahai Abu Umar,
apa yang di kerjakan Nughair?” punya beberapa faedah di antaranya:
a.
Kata-kata akhirnya cocok dengan jiwa anak.
b.
Mudah di hafal.
c.
Mudah di ucapkan.
5.
Turunya Rasulullah ke atas intelek anak bisa membuahkan
rasa optimis pada diri anak.
6.
Memakai cara dengan panggilan. Teori ini dapat memberikan
kesan kepada keluarga bahwa anaknya sudah dewasa.
Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Mekkah
adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid
ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid
dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Mekkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.
Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Mekkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.
Mudah-mudahan dengan adanya makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Selaku pemakalah kami meminta maaf jika terdapat
kesalahan dalam penulisan makalah, mohon di maklumi.